• Post Title

    Category

    Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s,when an unknown printer...

    Buton

  • سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
    سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
    سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
    سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
    سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
    سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
    سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

    KOMPAS.com - Internasional

    detikFoto - detikFoto

    KOMPAS.com - Sains


    Pernah ada kalimat sakti 'rock & roll tidak pernah salah!'. Dan saya terus menulis untuk membuktikan hal itu. Rekaman yang mempresentasikan jargon 'Skill Is Dead' ini boleh jadi terlalu jujur, naif, sekaligus 'sombong' dan ambisius. Teenage Death Star [TDS] diisi oleh kumpulan pemuda yang nyaris sudah tidak remaja dan merupakan 'orang-orang penting' di scene musik kota kembang. Dari akar pohon historis yang meranggas kepada Pure Saturday, Harapan Jaya, hingga label Fast Forward records. Sebuah all-star group?! Mungkin. Para abdi rock & roll?! Pastinya. Sebab para dedengkot ini memang tahu benar cara bersenang-senang.

    Mau bekerja dan berkarya. Memiliki kesempatan dan nasib baik. Sanggup meraih 'fame & fortune' pula. Didukung sosok mereka yang juga cukup disegani di kalangannya. Saya tidak yakin jika ini dilakukan oleh orang lain yang awam akan membuahkan respon yang sama pula. Longway To Nowhere adalah dua keping cakram dibungkus kemasan cantik berisi buklet interview dan profil band yang ditulis oleh jurnalis musik kenamaan. Cakram pertama mengupas sembilan lagu debut TDS yang konon sound-nya jauh lebih baik dari konser mereka sendiri. Sedangkan kepingan cakram kedua berupa album tributte dari band-band lokal dan mungkin itu wujud dari sikap over confidence TDS yang rada narsistik. Mereka cukup sadar kalau TDS bukanlah band besar, apalagi legenda. Tetapi mereka tidak peduli dan nekat merubah 'kebiasaan' eksklusif tersebut. Terkadang musikalitas juga menjadi tidak penting ketika imej dan penampilan mampu menarik simpati yang lebih besar. "Jangan harap kami bermain rapi!" pesan mereka di setiap pentasnya. Well, rasanya itu memang benar dan cukup tahu diri. Jangan pernah berharap dengan vokal yang kadang out of tune, cabikan bass satu jari, atau sound gitar yang ultra raw. Tampaknya hanya drum saja yang punya skill aman dan bermain sesuai 'kaidah bermusik' yang benar. Selebihnya memang TDS lebih dikenal sebagai 'band panggung' yang penuh sensasi. Kadang saya berpikir, kenapa Alvin dkk 'mengasihani' skill mereka, padahal musik TDS justru jauh lebih baik dari The Changchuter misalnya. Aneh memang, kebuntuan skill TDS justru bisa dirayakan bersama segudang fans-nya. Atau mungkin seperti itulah rock & roll ; penuh ironi dan tidak pernah salah?! Namun jika TDS dianggap Ramones baru, maka mereka sudah terlambat sekian puluh tahun.


    Dalam misi melawan pakem? Boleh lah. Mengisi kejenuhan? Oke. Menjadi revolusi baru? Ups, nanti dulu. Bukankah mereka berpesan jangan berharap lebih. Meskipun saya yakin karya ini akan menginspirasi [baca ; ditiru] anak-anak muda lainnya. Dalam waktu yang tidak lama, mungkin akan ada band yang mengikuti jejak TDS dengan berbagai alasan yang [menurut mereka] cool. Jika nanti ada list album lokal terbaik dan terburuk di tahun 2008, rasanya Longway To Nowhere bisa masuk dalam kedua daftar tersebut Itu tergantung dari sudut mana anda memandangnya. Damn, saya kok jadi larut dan terjebak. Why so serious?! Mungkin tidak akan ada review seperti ini jika mereka tidak membongkar itu semua di dalam buklet-nya. Maaf, semestinya saya cukup mendapatkan file mp3-nya saja serta fokus pada sisi musikal - tanpa pernah tahu ada apa di balik kisah band dan debutnya ini. Tapi biarlah, sudah terlanjur. Saya akui mereka cukup sukses dengan misi dan jargon-nya, tapi entah dengan proses 'longway'-nya nanti. Biar adil, saya berikan rating tiga bintang untuk kemasan album, ide segar, kreatifitas, dan semangat mereka dalam bersenang-senang. Sementara untuk sektor musikalitas saya serahkan kepada pembaca untuk menambahkan sendiri bintang-nya. Pesan moral dari album ini adalah '[without skills] everybody can be a rockstar'. Sialan, kalimat 'rock & roll tidak pernah salah!' ternyata masih mujarab - sebab selalu tampak menarik dan cool dilihat dari sisi mana saja. Wacana yang sulit dihindari, tetapi musti terus dikritisi. Sebab tampil jujur dan apa adanya itu memang perlu, tetapi mungkin tak selamanya benar...

    http://www.4shared.com/audio/5AfNGDvu/01_-_Teenage_Death_Star_-_I_Do.html
    http://www.4shared.com/audio/oZCXvdOX/03_-_Teenage_Death_Star_-_Ive_.html
    http://www.4shared.com/audio/Qe8lkR-U/02_-_Teenage_Death_Star_-_All_.html
    http://www.4shared.com/audio/FSpZ8EyR/04_-_Teenage_Death_Star_-_Supe.html
    http://www.4shared.com/audio/338fPVS2/08_-_Teenage_Death_Star_-_Abso.html
    http://www.4shared.com/audio/DzKEI5Yu/05_-_Teenage_Death_Star_-_21st.html
    http://www.4shared.com/audio/5CP0pIiG/09_-_Teenage_Death_Star_-_The_.html
    http://www.4shared.com/file/256440869/9ea71984/07_-_Teenage_Death_Star_-_I_Ki.htmld
    rss
    rss


    Copyright © 2010 ABCDEFGIE All rights reserved.Powered by Blogger.

    Wordpress Theme By : Retro Design Studio